SOSIALISASI BATAS AKHIR PENUTUPAN WARUNG REMANG-REMANG

Lasem 23 Mei 2017

Di Balai Desa Dorokandang telah dilaksanakan Sosialisasi batas akhir penutupan warung remang-remang yang berada di  jalan raya depan SMPN 1 Lasem yang dihadiri 2.Hadir dalam acara al: Dinas Indakop Rembang (Sugeng), Dinas Sosial Rembang (Tutik), Stap Satpol PP Rembang (Heru Susanto) Forkopimca Lasem, Sesepuh Ulama Lasem (KH.Imam Sofwan), Ketua MUI Lasem (KH.Ahmad Nofal), Pengurus NU Lasem (KH.Nurkhosim), Ketua Kemenag Lasem (H.Umarudin), Kades Dorokandang (Suwito)dan 14 pemilik warung dan penghuninya.

Suwito selaku Kades Dorokandang menyampaikan dalam Sambutannya Permohonan maaf terhadap semua pemilik warung, karena semua ini sudah program dari pemerintah. Dan mohon petunjuk pada Muspika dan Pemda tentang pelaksanaan ini.Untuk kedepannya sudah disiapkan untuk pelatihan ketrampilan batik sebagai bekal untuk kehidupan yang lebih baik.Ini semua Hasil kordinasi yang disetujui bpk Bupati alokasi dana dari APBD.

Sambutan Camat Lasem Harjono SH MM menyampaikan:Hasil kesepakatan bersama yang sudah disepakati ada 3 hal : – satu pemilik warung siap alih profesi tidak jadi mucikari lagi. -Batas akir penutupan tgl 27 Juni 2017 sudah  menghentikan atau menutup warung-warung tsb. -Pemerintah desa lewat dana desa siap mengalokasikan untuk ketrampilan dan Dinsos juga siap memfasilitasi setelah ibu-ibu menutup warungnya. Apabilas setelah semua terfasilitasi para pemilik ngotot masih buka akan diadakan oprasi dari Satpol PP yang didukung Polsek dan Koramil. Dengan hati nurani yang tulus mengharap para pemilik warung untuk sudi menutup warung-warungnya dan beralih profesi.

Sambutan Kapolsek Lasem Akp.Sunardi SH sbb: Mengajak dalam pelaksanaan pada pembagian modal jangan rebut karena yang dapat cuma 56 orang. Setelah ada penutupan jangan ada yang buka lagi, karena akan diadakan oprasi-oprasi penertiban. Patroli bersama lebih  digiatkan untuk menertibkan lokasi tersebut.

KH.Ahmad Nofal selaku Ketua MUI Kec.Lasem menyampaikan dalam sambutannya antara lain: Semua tidak menyalahkan ibu-ibu yang terjerumus masuk kehidupan ini, karena ibu-ibu ini adalah orang-orang yang terzolimi. Kita saling tolong menolong untuk berkehidupan yang lebih baik dan pemerintah selalu memperhatikan ibu-ibu untuk memberi modal. Kita hidup bakal menempuh kehidupan selanjutnya yaitu kematian, kita mati perlu modal yaitu amal. Modal awal adalah taqwa kita harus meninggalkan larangan-larangan dari Allah dan menjalankan printah-printahnya. Modal kedua kita yakini tentang taqwa dan ikhtiyar, dalam ikhtiyar kita bekerja yang layak dan usaha yang baik. Kami dari MUI mengharap untuk ibu-ibu berkehidupan yang Amal ma’ruf nahi munkar.

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *